Semoga bermanfaat...

Senin, 08 Desember 2014

Mengenal Lan Fang


BIOGRAFI LAN FANG
(PENGARANG PEREMPUAN KEMBANG JEPUN)

Go Lan Fang atau Lan Fang lahir di Banjarmasin pada tanggal 5 Maret 1970 dari pasangan Johnny Gautama dan (Alm.) Yang Mei Ing, sebagai anak sulung dari dua bersaudara. Adiknya bernama Janet Gautama. Pada tahun 1988, ia menyelesaikan SMA-nya di Banjarmasin lalu meneruskan dan menyelesaikan studinya di Fakultas Hukum Universitas Surabaya (UBAYA). Walaupun terlahir dalam keluarga keturunan Cina yang cukup konservatif dan lebih berkonsentrasi kepada dunia bisnis, Lang Fang sudah suka menulis dan membaca sejak usia sekolah dasar. Sebetulnya keinginan Lan Fang untuk menulis cerpen sudah mulai ada sejak SMP ketika bacaannya mulai beralih kepada majalah-majalah remaja seperti Anita Cemerlang dan Gadis. Tetapi karena dianggap "ganjil" dan "tidak tertangkap mata" oleh keluarga, tidak ada motivasi kuat untuk mempertajam talentanya. Keinginan menulis pun terlupakan begitu saja.
Lan Fang mulai menulis sejak 1986. Ia merupakan seorang penulis berkebangsaan Indonesia. Karya-karyanya menjuarai lomba di tabloid Nyata dan novelette Femina 1998, 1999, 2003 dan 2005. Lan Fang telah menerbitkan: Reinkarnasi (2003), Pai Yin (2004), Kembang Gunung Purei (2005), Laki-laki yang Salah (2006), Yang Liu (2006), Perempuan Kembang Jepun (2006), Kota Tanpa Kelamin (2007), Lelakon, Ciuman di Bawah Hujan (2010). Di tahun 2009 ia juga menerbitkan buku cerita anak: Kisah-kisah si Kembar Tiga (2009). Dan akan menerbitkan kumpulan puisi Ghirah Gatha. Novel Ciuman di bawah Hujan ini menjadi novel terakhir dalam hidupnya.

Lulusan Fakultas Hukum Universitas Surabaya ini bermula aktif menulis hanya sebagai penyaluran hobi. Namun, kemudian ia mengaku menulis bisa dijadikan sumber pendapatan yang layak. Ia aktif membimbing para pelajar dalam sebuah penulisan kreatif. Secara rutin, ia menularkan kemampuan menulis fiksi kepada pelajar di sejumlah sekolah di Surabaya.
Boleh saja Lan Fang mengaku bahwa awalnya dia sama sekali tak pernah terpikat pada karier kepenulisan, meskipun sesungguhnya ia telah menggemari sastra sejak kanak-kanak Ini terbukti dari ceritanya yang menyatakan betapa ia menyukai dongeng-dongeng gubahan H.C.Andersen dan Enid Blyton. Beranjak remaja, ia mulai menggandrungi sajak-sajak cinta Kahlil Gibran. Dan sekarang, setelah eksis sebagai pengarang, sambil tersenyum ia menyebut Budi Darma (sastrawan), Sapardi Djoko Damono (penyair), serta Sindhunata (rohaniwan yang juga penulis) sebagai orang-orang yang karyanya ia kagumi.
Lan Fang adalah sastrawan perempuan yang sangat potensial yang dimiliki Surabaya dan Indonesia secara umum. Lan Fang juga dikenal memiliki semangat luar biasa untuk terus berkarya. Ibu Lan Fang juga aktif sebagai aktivis Tionghoa dan sebagai pemimpin redaksi di Buletin Margo Utomo. Selain karya-karyanya yang banyak, Lan Fang selama ini dikenal sebagai “Gus Durian” atau pengikut Gus Dur. Karena itu tidak aneh jika selama ini dia banyak dekat dengan sejumlah tokoh ulama dari kalangan Nahdlatul Ulama.
Sebagai seorang penulis, Lan Fang menjadi nominator di Khatulistiwa Award 2008 untuk novelnya yang berjudul Lelakon. Cerpen-cerpennya masuk 20 Cerpen Terbaik Indonesia versi Anugerah Sastra Pena Kencana 2008 dan 2009.
Lan Fang meninggal di usia 41 tahun, yaitu pada tanggal 25 Desember 2011 di Rumah Sakit Mount Elizabeth, Singapura akibat penyakit kanker hati yang dideritanya. Beliau meninggalkan 3 anak kembarnya  yang masih berusia 14 tahun.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar