Semoga bermanfaat...

Jumat, 05 Desember 2014

Sinopsis Novel "Katak Hendak Jadi Lembu"


Judul               : Katak Hendak Jadi Lembu
Pengarang       : Nur St. Iskandar
Penerbit           : PT Balai Pustaka (Persero)
Tahun Terbit   : 1992 (cetakan kesembilan)
ISBN               : 978-929-407-158-8

Pagi menyingsing, si juragan Suria dan seorang amtenar  enggan bangun pagi. Bermalas-malasan bekerja, mengabaikan Zubaidah istrinya dan Enah serta Aleh anaknya. Yang difikirkannya hanya burung peliharaannya dan juga kesenangannya. Sikap itu yang menyebabkanSuria kurang dekat dengan kedua anaknya.
Sifat Suria yang semacam itu membuat Zubaidah merasa sedih, mengingat masalalunya ketika dia dijodohkan oleh Suria. Sifat buruk Suria semakin menjadi-jadi dan akhirnya ketika kelahiran anak pertama, Abdulhalim, Suria meninggalkan Zubaidah. Karena hartanya habis, 3 tahun kemudian Suria kembali ke Zubaidah. Selama itu dia tidak pernah sekalipun membiayai sekolah Abdulhalim.
Di kantor, Suria merasa sangat berkuasa. Dia melakukan tindakan semena-mena termasuk menyindir Kosim, pegawai baru yang magang di kantor Suria. Dan ketika sang haji Junaedi datang mengurus jual beli tanah, sikapnyapun seolah-olah dia yang paling berkuasa.

Suria dan Haji Junaedi pergi ke desa untuk melihat tanah yang akan dibeli oleh Haji Junaedi. Lalu mereka singgah sebentar di rumah Haji Junaedi. Menikmati udara pedesaan seraya berbincang-bincang kecil mengenai anak haji Junaedi yang rupanya mengundang kesalahpahaman Suria. Suria mengira Haji Junaedi menginginkan anak Suria menjadi menantunya yang  dibalas dengan tingkah congkak Suria. Hal itu membuat sang haji naik darah namun ditahannya. Perakapan berakhir ketika Suria menginginkan burung yang sudah dipersiapkan Haji Junaedi untuknya.
Suatu ketika, mereka berdua sedang duduk memperhatikan anak-anaknya yang sedang bermain. Perdebatan dimulai ketika Suria membicarakan hendak menjodohkan Abdulhalim anaknya dengan Fatimah, anak Haji Junaedi. Edah merasa Suria tidak pantas menentukan jalan hidup anaknya karena selama ini, dia dan bapaknya yang mengurus Abdulhalim. Sedangkan Suria baru mengakui Abdulhalim karena ia hendak lulus sekolah. Perdebatan berlanjut ke masalah uang tagihan-tagihan Suria selama ini yang selalu ditanggung oleh Edah dan juga bantuan bapaknya. Ternyata selama ini Suria selalu menggunakan uang ntuk kepentingan yang tidak penting, bergaul dengan para pejabat-pejabat tanpa melihat kondisi keuangannya yang kurang. Ibarat katak hendak jadi lembu.  Kemudian membicarakan perjodohan masa mudanya dulu. Mereka tidak ada yang mengalah, dan berakhir ketika Suria pamit bekerja.
Suatu pagi di kantor terjadi perselisihan antara Suria dan Kosim ketika Kosim hendak pergi mengirim surat tiba-tiba Suria memerintah dengan kasar kepada Kosim untuk mencucikan gelas kotornya. Kosim menolak karena itu bukan pekerjaannya. Tetap saja Suria memaksa hingga terjadi pertarungan sengit, akhirnya dipisahkan oleh Hamzah. Beliau menasehati Kosim agar sabar. Namun Kosim ingin Suria meminta maaf padanya didepan orang-orang kantor, jika tidak ia ingin mengajak Suria berkelahi. Hamzah sangat terkejut dengan ancaman lelaki keras hati itu. Atas beberapa rundingan, akhirnya Kosim mau melupakan kejadian itu.
Ingin jadi Klerk. Suria mengirim surat permohonan itu. Sebagai wujud doanya ia mengadakan semacam pengiriman kepada arwah kedua orang tuanya dengan mengundang kyai-kyai ke rumahnya. Dengan jamuan yang tidak sedikit ia menggunakan gelang Edah untuk digadaikan. Edah pusing bukan main memikirkn tanggungan utang acara itu. Tidak sampai itu, suatu ketika diadakan pelelangan barang-barang antik, Suria menghambur2kan uang untuk membeli sesuatu yang tidak berguna. Tujuannya satu, agar disanjung oleh orang-orang, memang sifatnya yang gila pukjian. Dia membawa dua grobak barang hasil lelangan yang tiada guna. Edah dibuat tambah pusing, menurut Suria sebantar lagi ia akan diangkat menjadi klerk yang gajinya begitu besar, namun surat jawabannya pun sampai saat ini belum ia dapat.
Bulan muda selalu menjadi kewaspadaan Edah. Setiap bulan datang penagih utang di rumah mereka. Namun yang menemui selalu kedua anaknya untuk memberikan alasan-alasan yang dibuat-buat. Kerap sekali penagih hutang jengkel sampai memaki-maki. Edah sudah bosan dengan itu, apalagi sekolah anknya belum dibayar 2 bulan. Suatu hari datang wesel dari neneknya untuk membayar uang sekolah kedua anaknya. Senang bukan main, sekarang bapaknya sudah tidak mampu membantu karena kondisi bapaknya juga sedang susah. Wesel itu sampai ke tangan Suria dan digunakan untuk membayar utang tukang jahid. Kesedihan benar-benar melanda batin Edah.
Di rumah bola, ketiga saudara itu berjalan-jalan. Ya, Enah, kakaknya dan juga Abdulhalin yang sedang libur sekolah pulang ke rumah. Tingkah santun mereka mengundang kekaguman orang. Hingga orang-orang tahu ternyata mereka anak Suria. Tiada henti-hentinya orang-orang memuji Suria yang mampu menyekolahkan anaknya di sekolah yang berarti. Hati Suria bersorak gembira.
Kabar bahagia datang dari Abdulhalim yang sudah kembali. Ia mengabarkan bahwa ia menjadi kandidat alon amtenar. Bahagia sekali Edah dan Suria. Seperti biasa Suria bergembar-gembor kepada orang-orang. Setelah kabar itu, datang kabar yang sangat buruk. Suria tidak diangkat menjadi klerk, justru yang diangkat adalah Kosim, karyawan magang yang dahulu dihina-hinakannya.
Malu bukan kepalang si Suria, merasa kalah dengan pegawai magang bernama Kosim. Malu kepada siapapun bahkan istri dan juga dirinya sendiri. Edah sudah tidak sanggup lagi mengurusi hutang-hutangnya, lalu ia menyerahkan kepada Suria. Terkejut pula ketika Suria menghitung jumlah hutangnya. Lalu ia mencoba mencari pinjaman dari sahabatnya. Namun tidak ia dapatkan, malah sahabatnya menyarankan untuk meminjam kepada Haji Junaedi. Suria berpikir bahwa perbincangan tempo hari dengan Haji Junaedi merupakan suatu sinyal kebaikan dengan menampakkan anaknya dihadapan  Suria. Kemudian ia berpikir untuk mengawini Fatimah, maka hutangnya akan terlunasi.
Benar juga, beberapa hari kemudian Suria mengirim surat kepada Haji Junaedi dengan maksud melamar anaknya Fatimah. Surat itu ditanggapnya dengan tertawa dan memburukan pernikahan putrinya dengan Kosim. mereka menikah Ahad ini, namun Suria dan istrinya belum nampak kehadirannya di pesta pernikahan itu.
Akhirnya Suria tidak berangkat memenuhi undangan Haji Junaedi. Semenjak Kosim jadi klerk, Suria masih menjadi mantri di kantornya. Dalam bekerja ia selalu tidak benar, menyuruh bawahannya untuk mengerjakan pekerjaannya. Hingga suatu ketika Suria minta berhenti bekerja kepada patih. Karena heran sebab mantri itu berhenti, patih menyelidiki bagian keuangan yang ternyata berkurang, digunakan oleh Suria untuk menutup utang lelang. Ia pun sepakat kepada Edah untuk pindah ke Bandung, tinggal bersama Abdulhalim. Ia juga sepakat kepada mantri untuk melelang barang-barangnya yang akan digunakan untuk membayar utang kepada kantor.
Suria dan keluarga pindah ke Bandung, menumpang di rumah Abdulhalim dan istrinya. Pada awalnya mereka sangat menerima dan bahagia, tapi lambat laun sikap Suria yang angkuh dan tidak mau bekerja membuat kedua suami istri itu jengkel. Suatu ketika, Edah dan Abdulhalim membicarakan kelakuan bapaknya, Edah meminta Abdulhalim untuk melepaskan mereka ke Tasik, namun Abdulhalim tidak menyetujuinya. Lama-lama sikap istri Abdulhalim kurang mengenakan Suria, karena sikap Suria yang seenaknya saja di rumahnya. Suatu hari, Abdulhalim dan istrinya berunding tentang bapaknya, dengan marah Abdulhalim mengatakan ingin mengusir Suria. Rupanya Edah mendengar pembicaraan itu, dan sejak saat itu dia jadi sering sakit, dan menderita penyakit jantung. Akhirnya ia menghembuskan napas terakhirnya. Ternyata setelah itu, Abdulhalim mendengar rahasia Suria selama di Sumedang, hendak mengawini Fatimah dan penggunaan dana kantor. Akibatnya Suria terpaksa angkat kaki dari rumah Abdulhalim.

Setelah itu dia pergi ke desa orang tuanya, dan tinggal bersama Mak Iyah, setelah sebelumnya berbulan-bulan menumpang dirumah sahabatnya. Di desa ia bertani dan sekali-kali menganyam. Teringat padanya masa-masa angkuhnya, yang menyebabkan orang-orang disekitarnya menjauh. Ingin sekali ia meminta maaf kepada ketiga anaknya. Terlebih kepada istrinya. Ia selalu berhalusinasi, ingin bertemu dengan istrinya. Pada akhirnya, malam itu, Suria meninggal mendahului Mak Iyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar